Dampak Tersembunyi Game Online bagi Anak-Anak: Ancaman yang Sering Diabaikan

Author:

Game online kini telah menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Rasanya ada yang kurang jika bermain game tanpa koneksi internet dan tanpa bisa bermain bersama teman. Namun, pernahkah terpikir bahwa game online sebenarnya tidak dirancang untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun?

Meskipun terlihat sepele, ada banyak risiko yang mengintai, terutama dalam interaksi online. Coba perhatikan rating usia di game populer seperti Roblox, Mobile Legends, atau Free Fire. Sebagian besar menetapkan batas usia minimal 12 tahun ke atas. Bahkan, Entertainment Software Rating Board (ESRB) tidak memberikan penilaian terhadap fitur online karena sulit dikontrol. Jika lembaga sebesar itu enggan menilai, artinya ada risiko yang tidak bisa dianggap enteng.

Salah satu ancaman terbesar dalam game online bagi anak-anak adalah fitur public chat. Dalam kehidupan nyata, kita diajarkan untuk tidak berbicara sembarangan dengan orang asing. Namun, di dunia virtual, anak-anak bebas berkomunikasi tanpa mengetahui siapa lawan bicaranya. Banyak kasus di mana orang dewasa berpura-pura menjadi anak kecil demi tujuan buruk. Kasus grooming dan penipuan sudah sering terjadi, seperti yang pernah heboh di Roblox hingga mereka membatasi fitur chat untuk akun di bawah 13 tahun.

Selain itu, sistem kompetitif dalam game online juga bisa berdampak buruk. Fitur ranking, leaderboard, dan penghargaan MVP mendorong pemain untuk terus bersaing. Sayangnya, anak-anak yang belum memahami batasan bisa menjadi mudah stres atau emosional karena terus mengejar kemenangan.

Belum lagi masalah microtransaction dan sistem gacha yang membuat mereka tergoda untuk membeli item eksklusif. Sudah banyak kasus anak-anak yang menghabiskan uang dalam jumlah besar tanpa disadari orang tua. Selain itu, interaksi dalam game seringkali penuh dengan bahasa kasar, perilaku toxic, serta percakapan yang tidak pantas untuk anak-anak. Jika terus terpapar, mereka bisa terbiasa dengan hal-hal yang sebenarnya hanya pantas untuk orang dewasa.

Agar terhindar dari risiko ini, anak-anak sebaiknya lebih diarahkan untuk bermain game offline atau multiplayer lokal yang tidak membutuhkan koneksi internet. Jika tetap ingin bermain game online, pengawasan ketat dari orang tua menjadi hal yang wajib. Mereka perlu memahami risikonya dan memastikan anak-anak tidak terjebak dalam fitur berbahaya.

Game online memang menyenangkan, tetapi juga membutuhkan kedewasaan untuk menikmatinya. Jika anak-anak belum cukup matang dalam memahami konsekuensinya, dunia digital yang tidak selalu ramah bisa berdampak buruk bagi mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih sadar dan tidak sembarangan membiarkan anak-anak bermain tanpa batasan yang jelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *